Selasa, 16 November 2010

komunitas dayak



Komunitas Masyarakat Etnis/suku dayak, tinggal di Pulau Kalimantan (dulu lebih dikenal dengan sebutan Pulau Borneo). Berbagai Ekspedisi dari Orang Belanda, Inggris dan Jerman telah melakukan penelitian terhadap Komunitas Etnis / suku Dayak di Pulau Borneo, yang terdiri +/- 250 suku dan masih terbagi lagi dengan sub-sub suku kecil.

Tempat tinggal komunitas Masyarakat Etnis /suku Dayak banyak tersebar, hal ini disebabkan karena mereka menganut budaya / adat istiadat yang sangat menghargai / memelihara alam sebagai “ibu” yang memberikan kehidupan.  Beberapa alasan lain yang sebabkan mereka tersebar, disebabkan karena perang antar suku (a’yau / ngayau – potong kepala ). Tetapi  mulai  Tahun 1894  sejak diadakan perdamaian akbar Tumbang Anoi, disungai Kahayan Hulu, yang dihadiri tokoh-tokoh kepala adat. Budaya a’yau / ngayau / perang antar suku dayak tidak lagi terjadi.

Kita perlu bangga dengan begitu banyak cerita heroik dari para tokoh tokoh dayak yang telah mengukir sejarah dan semangat untuk kita kenang dan tauladanin.  Diantaranya ada Bapak Tjilik Riwut (Pak Enon), beliau adalah salah satu tokoh yang berjuang membuat buku tentang adat istiadat masyarakat Dayak khususnya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.  Ada juga di awal abad 19, beberapa pemuda Dayak (Kenyah, Aoheng-Pnihing, Busang) berjumlah +/- 20 orang. Berhasil melakukan perjalanan ekspedisi ke Pulau Irian (Gunung Jayawijaya ) dengan ikut serta dalam rombongan ekspedisi Belanda. Dan ada hal menarik yang perlu lebih dikaji lebih mendalam, terkait dengan ukiran suku Asmat (penduduk Pulau Irian) dimana beberapa pola dan teknik ukirnya sama dengan ukiran  Suku Dayak (apakah karena saudara-saudara kita yang mengajarkan kepada masyarakat suku Asmat ?).

Beberapa pesan / tulisan dari Bapak Tjilik Riwut, banyak ditujukan kepada generasi penerus khususnya pemuda-pemudi dayak. Diantaranya  Lalehan kahalap tabengan te, tabengan puna paham baguna barega, guna tabengan te, mangat jalan ije inehang murah inetei mangguang kaleka ije inintu, Kalute kea aku nahuang umba manampara, manehang tuntang mawi tabengan jalan, uka mandipah kereng, gagas, luau, napu uka mimbit desa rakayt, utus hambutan itah, akan menggali sarita, kesusastraan, kesah, kebudayaan, kesenian, pangatawan, ain tatu bue itah huran. Kare lelei, ain oloh bakas helo, inampunan, inyurat, aja ajau aton guna akan mangingat pangerang anak esun itah kare.
(Alangkah indahnya jembatan itu, benar-benar sangat berguna. Guna jembatan agar jalan yang dilalui mudah dilewati untuk menuju ketujuan. Demikian pula niat saya untuk ikut merintis, mengupayakan dan membangun jembatan untuk menyeberangi tebing, jurang dan segala rintangan, untuk membawa masyarakat desa, masyarakat Dayak, menggali cerita, kesusastraan, budaya, kesenian, pribahasa, teka-teki, serta segala pengetahuan milik para pendahulu. Dikumpulkan, ditulis, mungkin saja bermanfaat bagi generasi penerus). Hai kaharapku pahari-pahari ije sinta kare kebudayaan, kesenian, tuntang kesah sarita, omba hakarasan sama arep itah manampunan dan mampalampang panatau tatu bu itah.
(Saya berharap, saudara-saudara yang mencintai kebudayaan, kesenian,kisah cerita, bersama-sama mengumpulkan dan mengangkat kekayaan leluhur kita).

1 komentar:

  1. Artikel yang menarik dan berguna.

    Buruan Gabung Sekarang Juga Bersama dewa poker
    dan Dapatkan Juga Bonus Hingga Jutaan Rupiah disetiap Hari.

    Untuk Informasi Lebih Jelas Silahkan Menghubungi Customer Service Kami Yang Siap Melayani Anda 24 Jam Nonstop :
    - Livechat 24 jam : Official site www mgmpoker88 com.
    - Pin BBM : 28CAFAB2

    TERIMA KASIH
    Salam Keberuntungan MGMPOKER88..

    BalasHapus